Halaman

Minggu, 24 Juli 2011

The Moving Equilibrium (Jadul Maula)




“THE MOVING EQUILIBRIUM:
Kultur Jawa, Muhammadiyah, Buruh Gugat, Dalam Festival Kotagede 2000” di dalam buku Ngesuhi Deso Sak Kukupan. Lokalitas, Pluralisme, Modal Sosial Demokrasi (halaman 3-39).

Judul Buku: Ngesuhi Deso Sak Kukupan. Lokalitas, Pluralisme, Modal Sosial Demokrasi
Editor: Jadul Maula
Pengantar: Robert W. Hefner
Penerbit: LKIS, Yogyakarta
Tahun: 2002
Tebal: xxii+194 halaman (buku)

Artikel yang berjudul “THE MOVING EQUILIBRIUM: Kultur Jawa, Muhammadiyah, Buruh Gugat, Dalam Festival Kotagede 2000” merupakan salah satu tulisan yang ada di dalam buku Ngesuhi Deso Sak Kukupan. Lokalitas, Pluralisme, Modal Sosial Demokrasi (halaman 3-39). Buku ini merupakan kumpulan tulisan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sosial. Penelitian dan penulisan tentang Kotagede dilakukan oleh Jadul Maula, yang sekaligus sebagai editor buku, dengan kata pengantar Robert Hefner.


Tulisan tentang Kotagede dimaksudkan sebagai studi tentang proses reidentifikasi yang terjadi di masyarakat Kotagede. Tulisan ini memfokuskan pada event Festival Kotagede tahun 2000, yakni sebuah peristiwa kebudayaan di Kotagede. Penulis memilih fokus studi peristiwa tersebut karena menganggap bahwa di sana tergambar geliat wacana yang ada pada masyarakat Kotagede sehari-hari.

Festival Kotagede 2000 merupakan peristiwa kebudayaan secara masal yang pernah terjadi di awal milenium kedua masehi. Berbagai acara kesenian  dan ekspresi budaya diselenggarakan selama sekitar satu bulan, dan diakhiri dengan karnaval budaya dengan peserta dari berbagai kampung dan kelomok seni di Kotagede. Di dalam seluruh rangkaian acara tersebut terjadi berbagai tarik-menarik kepentingan dan wacana. Kelompok-kelompok sosial, seperti kalangan santri, kejawen, klas buruh, dan klas borjuasi Kotagede seakan menemukan momentum Festival Kotagede sebagai ajang menyatakan eksistensi namun sekaligus melakukan protes.

Penulis menyatakan bahwa pergulatan antara kultur, agama, dan aspirasi keadilan ekonomi, di dalam proses identifikasi dan reidentifikasi Kotagede, secara historis, bukanlah peristiwa kontemporer. Peristiwa ini telah terbentuk oleh dinamika panjang, terutama sejak zaman “Kebangkitan Nasional” tahun 1920-an (hlm. 37). Perebutan pengaruh antara kekuatan komunis waktu itu dengan Muhammadiyah memberi jejak-jejak dinamika tersebut. Namun juga tak boleh dilupakan adalah kultur Jawa itu sendiri, di mana Kotagede merupakan tipikal kota Jawa yang memiliki sejarah panjang.

Tulisan etnografi ini sangat enak dibaca dengan alur narasi yang cair. Penulis melakukan studi sekitar dua tahun untuk pengumpulan data, yang dilakukan melalui observasi dan wawancara. Dokumen-dokumen serta sumber-sumber tertulis lainnya tentang Kotagede dari lintas disiplin juga digunakan oleh penulis sebagai bahan studi. Muhammad Jadul Maula adalah seorang peneliti sosial dan juga aktif mengeditori dan menerjemahkan buku-buku kritis tentang reinterpretasi Islam dalam konteks Modernitas. Ia pernah menjabat direktur Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LkiS) Yogyakarta dan Ketua Yayasan LKiS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar