Halaman

Kamis, 28 Juli 2011

Mangir (Pramoedya Ananta Toer)




DRAMA MANGIR

Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Pengantar: Savitri Scherer
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation
Cetakan: 2000
Tebal: XLIX + 114 halaman

Salah satu sejarah tutur yang populer di masyarakat Kotagede, dan Jawa, adalah kisah Mangir. Disebut “sejarah tutur” karena kisah Mangir hanya diceritakan di tengah masyarakat secara lisan melalui tuturan antar generasi ke generasi, bahkan tidak tercatat di dalam dokumen tertulis Keraton yang terangkum di dalam Babad Tanah Jawi. Tidak mengherankan jika kemudian pada kisah tentang Mangir terdapat beberapa versi serta terjadi aneka tambahan dan pengurangan di dalamanya. Melalui cerita tutur yang masih diingat masyarakat Jawa itu pula Pramoedya Ananta Toer (1925-2006) menuliskan peristiwa Mangir dengan versi tersendiri. Ia menyatakan bahwa kisah Mangir merupakan permata di dalam kesusastraan Jawa setelah masuknya Islam, bukan karena bentuk sasteranya melainkan karena makna sejarahnya (lihat bagian pertanggungjawaban buku).

Senin, 25 Juli 2011

Orang-orang Kotagede (Darwis Khudori)




ORANG-ORANG KOTAGEDE
Kumpulan Cerpen Darwis Khudori

Penulis: Darwis Khudori
Penerbit: Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta
Cetakan: I, 2000
Tebal: xiv+227

Buku ini berisi kumpulan cerita pendek (Cerpen) dengan latar belakang keadaan di Kotagede. Terdapat 20 cerita pendek di dalam buku ini yang merentang dari persoalan rumah tangga hingga persoalan sosial di Kotagede. Penulis cukup cerdik dan kritis di dalam membaca realitas sosial masyarakat Kotagede, kemudian menyajikannya di dalam tuturan cerita-cerita pendek. Sebagaimana diakui penulis sendiri di bagian pengantar, bahwa meski cerpen-cerpen di dalam buku ini hanya fiksi dan imajinasi, namun didasarkan pada contoh-contoh permasalahan dan perwatakan yang ada di dalam masyarakat Kotagede, bahkan di dalam diri penulis sendiri.

Minggu, 24 Juli 2011

Kotagede dalam Komik




KOTAGEDE DALAM KOMIK

Penerbit: Jalasutra dan Studio Diskom DKV FSR ISI Yogyakarta
Cetakan: I, 2010
Tebal: 152 halaman

Buku Kotagede Dalam Komik merupakan kumpulan dari 12 komik dengan tema Kotagede, yang dibuat oleh 12 orang komikus. Berbagai imajinasi dipautkan dengan suasana kehidupan Kotagede dan kemudian dituangkan di dalam larik-larik gambar komik. Tema-tema komik yang bermacam tidak hanya digantungkan pada imajinasi pembuat komik semata, namun juga dilandaskan studi, observasi, dan wawancara dengan nara sumber tentang kehidupan Kotagede melalui beberapa proses tahapan. Hasilnya, buku ini menyuguhkan suasana Kotagede secara fiksi namun dilandasakan realita masyarakat Kotagede, di dalam gambar-gambar komik. Komik-komik yang disajikan dianggap cukup kuat di dalam narasi sekaligus bahasa visual komik. Cukup menghibur.

The Decline of Bourgeoisie (David Efendi)




THE DECLINE OF BOURGEOISIE
Runtuhnya Kelompok Dagang Pribumi Kotagede XVII-XX

Penulis: David Efendi
Pengantar: Achmad Charis Zubair
Penerbit: Research Center for Politics and Government, Jurusan Politik dan Pemerintahan UGM
Cetakan: 2009
Tebal: xxvi+276 halaman

Pada awal dan pertengahan abad 20, Kotagede terkenal dengan keberadaan “Orang Kalang” yakni klas kaya di Kotagede. Pada perkembangannya, klas orang kaya tidak hanya terbatas di kalangan orang Kalang. Orang-orang yang berhasil menduduki klas ekonomi atas muncul dari berbagai latar belakang, terutama paska Indonesia merdeka dan akhir abad 20. Telah terjadi dinamika orang kaya dan peranan sosialnya di Kotagede, terutama menjelang pergantian milenium.

Kotagede, Life Between Walls




KOTAGEDE
Life Between Walls

Penulis: Revianto Budi Santoso
Fotografer: Bambang Tri Atmojo
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan: 2007
Tebal: viii+166 halaman

Buku yang berisi tangkapan-tangkapan kamera yang disandingkan dengan narasi-narasi pendek ini seolah ingin mengajak pembaca (dan “pelihat”) untuk menelusuri Kotagede dalam gambar maupun dalam wacana tanpa harus dibebani dengan diskusi yang memberatkan. Wujud fisik bangunan serta fasilitas umum lainnya, kegiatan masyarakat, dari anak kecil hingga orang tua, serta berbagai peristiwa yang ditangkap di dalam buku ini merupakan gambaran kompleksitas masyarakat Kotagede. Kotagede adalah sebuah realitas kompleks yang tidak cukup hanya dimengerti secara tertulis, namun juga harus dilihat secara visual, salah satunya melalui dokumentasi foto-foto.

The Moving Equilibrium (Jadul Maula)




“THE MOVING EQUILIBRIUM:
Kultur Jawa, Muhammadiyah, Buruh Gugat, Dalam Festival Kotagede 2000” di dalam buku Ngesuhi Deso Sak Kukupan. Lokalitas, Pluralisme, Modal Sosial Demokrasi (halaman 3-39).

Judul Buku: Ngesuhi Deso Sak Kukupan. Lokalitas, Pluralisme, Modal Sosial Demokrasi
Editor: Jadul Maula
Pengantar: Robert W. Hefner
Penerbit: LKIS, Yogyakarta
Tahun: 2002
Tebal: xxii+194 halaman (buku)

Artikel yang berjudul “THE MOVING EQUILIBRIUM: Kultur Jawa, Muhammadiyah, Buruh Gugat, Dalam Festival Kotagede 2000” merupakan salah satu tulisan yang ada di dalam buku Ngesuhi Deso Sak Kukupan. Lokalitas, Pluralisme, Modal Sosial Demokrasi (halaman 3-39). Buku ini merupakan kumpulan tulisan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sosial. Penelitian dan penulisan tentang Kotagede dilakukan oleh Jadul Maula, yang sekaligus sebagai editor buku, dengan kata pengantar Robert Hefner.

Kuta Gede (van Mook)



KUTA GEDE
Penulis: H.J. Van Mook
Penterjemah: Kerjasama LIPI dan KITLV Leiden
Kata Pengantar: Harsja W. Bachtiar
Penerbit: Bhratara, Jakarta
Cetakan tahun: 1972
Tebal: 66 halaman


Buku “Kuta Gede” merupakan sebuah tulisan ringkas tentang keadaan masyarakat Kotagede di awal tahun 1920-an. Buku yang ditulis oleh H.J. Van Mook ini sangat membantu merekontruski keadaan Kotagede kala itu, baik fasilitas fisik maupun kehidupan masyarakat. Van Mook mencoba menghadirkan potret-potret etnografis-antropologis, meskipun secara sederhana, langsung dari apa yang dilihatnya. Namun lebih dari itu, tulisan ini sangat membantu bagi penelitian tentang masalah-masalah perkotaan, khususnya kota Jawa tua. Di dalam tulisan ini, van Mook mengkisahkan keadaan masyarakat perkotaan tradisional Jawa, yakni di Kotagede.